Monday 19 January 2009

Alam pun Dapat Membalas

Sebuah kisah nyata yang beberapa hari kemarin saya dapatkan. Dan untuk menjaga privasi, sengaja tokoh dalam kisah ini saya sembunyikan. Dulu, di sebuah desa tinggallah sepasang kakak-adik yang sama-sama bekerja sebagai seorang guru. Kebetulan rumah mereka pun cuma depan-belakang yang hanya dipisahkan sebidang tanah untuk jalan. Saat itu orang tua mereka masih hidup dan tinggal bersama sang adik dan tanah yang di tempati sang kakak adalah masih milik orang tua mereka.

Dan sampailah pada suatu hari, karena rumah sang kakak sudah sering kejatuhan buah kelapa milik orang tuanya, kemudian sang kakak mempunyai inisiatif untuk menebang pohon kelapa tersebut, dan permintaan itu diijinkan oleh orang tuanya. Namun saat akan ditebang, tiba-tiba sang adik melarang sang kakak untuk menebang pohon kelapa. Dan berkata sang adik "kenapa tidak rumahnya (rumah sang kakak-red) saja yang pindah, itu khan bukan tanah kakak.

Dan karena sang kakak tidak ingin bertengkar dengan sang adik, maka dengan hati (yang mungkin) terluka sang kakak pun pindah. Begitu teganya sang adik 'MENGUSIR" sang kakak hanya karena sebatang kayu. Dan kurang lebih sepuluh tahun berselang, sang kakak bisa menahan emosinya. Hingga pada suatu hari, sang adik sedang menebangi ranting pohon besar, tiba-tiba kepalanya tergencet cabang pohon yang cukup besar, hingga menyebabkan sang adik kehilangan sebagian ingatannya. Dan hingga sampai saat ini pun, sang adik belum dapat berfikir seperti orang-orang pada umumnya, dan tentunya ini juga berpengaruh terhadap keluarganya.

Ada hal yang perlu kita teladani dalam kisah ini yaitu, kelapangan hati sang kakak yang mampu menerima usiran dari seseorang yang notabane-nya adalah adiknya sendiri hanya karena sebatang pohon kelapa. Selain itu bagaimana sang kakak dapat menjaga emosinya selama puluhan tahun dan bahkan sampai saat ini diapun masih memiliki rasa kasih sayang terhadap adiknya. Saya rasa hanya sebagian orang yang mampu berbuat demikian.

Selain itu, apapun yang kita lakukan di dunia ini, pasti akan menuai hasil atau akibat baik di dunia ataupun di akhirat nanti. Dan datangnya akibat dari ulah kita dapat datang dari orang lain ataupun dari alam. Dan balasan yang kita terima dari alam biasanya lebih menyakitkan.

Semoga tulisan ini dapat menjadi renungan kita, apa yang telah kita lakukan pasti akan ada timbal baliknya, dengan demikian kita akan lebih berhati-hati lagi dalam melangkah dalam menjalani kehidupan ini. Terima kasih, semoga bermanfaat.

5 comments:

  1. waduch pake di rahasiain namanya ..kaya' wawncara reportase sore he he he

    ReplyDelete
  2. Kalau kita memperlakukan alam dengan manusiawi/bersahabat tentunya alam semesta ciptaan Tuhan juga akan membalas dengan karunia yang melimpah, misalnya tanaman tumbuh dengan baik, subur bebas dari serangan hawa dan yang lebih dari itu adalah manusia yang mengelolanya juga akan lebih arif memperlakukan alam dengan bijaksana.

    ReplyDelete
  3. Benar-benar jadi pelajaran,,,

    ReplyDelete
  4. kata orang GustiAllah gak pernah sare, Tuhan tidak pernah tidur...

    ReplyDelete