Wednesday 18 May 2016

PAKAI SAJA NAMA BEJO !!!!!

Kadang, saat banyak masalah mendera, saat "dunia sedang tidak bersahabat", saat tidak ada orang yang membantu, saat semua harus dihadapi sendiri, terlintas untuk menggugat nama yang telah diberikan ke diri ini. Nama adalah doa, atau kadang penggambaran atas apa yang sedang terjadi saat kita dilahirkan. Maksud nama pada diri ini memang sangat bagus, sebagai sinar penyelamat, dan Ayah saya sendiri yang menggunakan saya sebagai sinar penyelamat beliau saat saya dilahirkan. Ya, dia selamat dari ajakan temannya untuk cekcok atau adu mulut dengan pejual kayu. Setelah itu entah mungkin ada atau tidak nama itu memberi faedah untuk orang lain, saya tidak tahu. Namun, dengan nama itu, saya merasa ada beban yang harus saya tanggung sendiri. Saya (bisa) memberi terang, memberi senyum,dan memberi warna untuk orang lain. Tapi, siapakah yang peduli saat saya "padam", adakah yang peduli? adakah yang bisa memberi terang pada sumber terang? Mungkin seperti matahari, semua harus dari dalam diri sendiri. Ada juga kasus lain yang serupa. Dengan nama yang dia sandang, yang berarti kuat, berarti dia harus melewati ujian-ujian berat agar dia menjadi kuat.Dan nama itu disandang seumur hidup. Mungkin untuk yang akan mempunyai anak, agar mempertimbangkan ingin jadi seperti apa anaknya kelak. Mungkin nama Bejo bisa jadi alternatif ataupun nama terbaik. Karena, entah apapun yang dia jalani akan berakhir baik. TULISAN INI JANGAN DIPIKIR TERLALU SERIUS KARENA BELUM ADA SURVEY YANG MEMBUKTIKAN HAL TERSEBUT DI ATAS. TERIMA KASIH

Thursday 24 September 2015

Kaos Dakwah, Al Quran and Sciences,

Pada awalnya adalah krenteg, karep, kemauan, kehendak. Setelah baca artikel Harun Yahya dan membaca buku "Menyibak Rahasia Sains Bumi dan Al Quran" ada keinginan untuk menyampaikan atau membagikan yang mungkin merupakan sebuah kebenaran, atau paling tidak salah satu bukti rambu-rambu itu benar (baca "Rambu-Rambu itu adalah .........") Tetapi, karena tidak semua orang suka membaca buku menurut saya perlu ada cara yang bisa menimbulkan tik, letikan, yang mendorong orang untuk membaca, memahami, dan menghayati. Paling tidak bagi merekan yang bisa "nyanthel" pikirannya. Tanpa maksud meng-underestimate anak SMK yang lebih ahli di bidang skill/ketrampilan, anak SMU lebih bisa menangkap maksud pengetahuan sains, seperti :lempeng tektonik (tectonic plate), Relativitas waktu (Time Relativity), perkembangan janin manusia (Human Embryonic development),Gelombang elektromagnet, dan sebagainya. Apalagi bagi mahasiswa jurusan Elektro, Geografi, Astronomi, Kimia, biologi dan jurusan lain yang pasti sudah lebih spesifik, harusnya lebih mudah untuk memahami. Pada masa Rasulullah, pasti sulit menerima ayat yang menerangkan relativitas waktu, pergerakan gunung, perkembangan janin manusia di dalam kandungan, dan sebagainya karena belum ada teori tentang itu. Tapi itulah korelasi hati dan pikiran. Kadang hati harus menerima terlebih dahulu sebelum pikiran bisa menerima. Mungkin juga saat ini ada beberapa ayat yang mungkin tidak/kurang relevan dengan keadaan sekarang, tapi terima saja, toh mungkin karena pikiran/akalnya saja yang belum masuk. Cara dakwah dengan mengandalkan kekuatan tik "letikan" yang dituangkan pada Kaos/T-Shirt, tidak memerlukan adu argumen, adu urat saraf, atau bahkan adu otot. Biarkan kekuatan tik itu sendiri yang mendorong.
Untuk saat ini numpang STORE DI TEES.CO.ID sekalian untuk proses produksi dan admnistrasinya. Semoga kedepannya bisa lebih mandiri agar lebih terjangkau.

Tuesday 15 September 2015

Rambu-Rambu itu adalah ..............

Bagaimana kita melihat kehidupan ini menentukan bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Kesadaran akan hakekat hidup ini merupakan fundamental kita menjalani hidup. Bagi yang beranggapan bahwa dunia ini adalah surga, merekan akan seenaknya melakukan berbagai macam hal. Semua dilakukan sesuka hati, karena tidak ada yang harus dipertanggungjawabkan. Akan berbeda dengan mereka yang menganggap bahwa hidup di dunia ini hanyalah seuah perjalanan. Merekan cenderung lebih berhati-hati dalam menjalani hidup. Karena akan ada suatu masa dimana merekan harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya semasa hidupnya. mungkin ada berbagai sudut pandang lain mengenai kehidupan ini. Tapi bagi saya, hidup ini adalah sebuah perjalanan. Perjalanan dari mana dan mau kemana? Dalam bahasa jawa saya mengenal sangkan paraning dumadi, yang kalo tidak salah artinya adalah sadar darimana asal-usul kita dan akan kemana kita kembali. Dan menurut Islam juga sudah jelas, darimana asal-usul kita dan akan kembali kemana nanti kita kelak. Dalam perjalanan panjang ini, tentu kita melalui berbagai macam rintangan, persimpangan,tikungan, dan sebagainya. Oleh karena itu, yang menciptakan kita memberikan rambu-rambu di sepanjang perjalan. Sebagian rambu-rambu itu akan terbukti benar jika kita sudah melalui atau mengalaminya. Sebelum tikungan tajam selalu diberi rambu-rambu bahwa di depan ada tikungan tajam. Agar kita hati-hati dan tetap berada pada jalur yang benar. Demikian juga jika di depan ada tanjakan, kita diperingatkan terlebih dahulu. Dalam kehidupan, jalan itu adalah agama, dan rambu-rambunya adalah kitab suci. Sebagai muslim, rambu-rambu saya adalah Al Quran. Sebagian rambu-rambu itu telah terbukti kebenarannya, namun ada beberapa yang saya anggap "belum benar" karena saya belum mengalaminya. Beragama tidak hanya dengan hati, namun juga dengan pikiran. Beberapa rambu-rambu itu mengharuskan kita memeras otak kita untuk memahaminya. Berapa banyak kalimat "afalaa tafakkarun" yang sering kita dengar. Itulah seruan agar kita berfikir. Beberapa ayat Al Quran sulit diterima secara nalar pada saat turunnya ayat tersebut, misalnya tentang gunung yang menjadi pasak, gunung yang bergerak seperti awan (lempeng tektonik),relativitas waktu, kekuatan pada logam besi, pertumbuhan janin, dan lain sebagainya. Namun seiring perjalanan waktu, rambu-rambu itu terbukti kebenarannya. Mungkin sepanjang hidup kita belum tentu cukup untuk mengalami pembuktian kebenaran rambu-rambu tersebut.Meskipun demikian, hati kita harus selalu yang bahwa rambu-rambu itu benar, hanya masalah waktu pembuktiannya saja. Selama kita masih hidup, gunakan akal pikiran untuk memahami rambu-rambu itu. Jika kita memahami rambu-rambu itu, perjalanan akan terasa mudah. Rambu-rambu peringatan akan memudahkan, dan rambu-rambu larangan mengandung konsekuensi. PERHATIKAN RAMBU-RAMBU ......!!!!!!!!!!

Monday 7 September 2015

SABAR DAN SYUKUR

Waktu terus beranjak, tidak terasa sudah berkepala tiga. Generasi-generasi terus berganti. Susah, senang, kecewa, bahagia terasa nyata hanya sementara, semua hanya lewat begitu saja. Ada makna dari beberapa peristiwa yang takkan mudah terlupa. Saat senang - bahagia, sering kita lupa. Saat kecewa, kita lebih sering merana. Dalam benak hati terus berkata, bahwa hidup ini hanyalah perimbangan antara rasa sabar dan rasa syukur belaka. Setiap kita mempunyai porsi Sabar dan Syukur yang terbentang sepanjang hidup. Yang diharuskan sangat bersabar pada masa kemarin, mungkin diberi yang (seharusnya) sangat disyukuri sekarang. Yang kemarin sudah diberi yang (seharusnya) sangat disyukuri, mungkin harus harus sangat bersabar saat sekarang. Ada juga yang biasa-biasa saja. Tidak harus naik gunung turun lembah, semua dataran belaka hanya ada gundukan dan kubangan. Semua memiliki pola masing-masing.

Saturday 1 August 2015

Semua keinginan akan berujung ke ...................

Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini-itu banyak sekali...... pasti udah tau lagunya siapa ini ya, he3. Jika semua keinginan dapat dikabulkan, entah itu lama atau cepat terkabulnya, apakah kita bisa langsung bahagia/senang saat berada pada posisi yang kita idamkan itu?Mungkin iya, mungkin tidak, atau mungkin iya untuk sementara, mungkin juga tidak untuk sementara. Dan jika atau belum juga terkabul, mungkin kita kecewa, mungkin juga tetep sabar bagi yang masih kuat. Entahlah,,,, aku juga bingung. Paradoks itu nyata. Kadang, hidup yang kita keluhkan adalah hidup yang orang lain inginkan. Mungkin juga, situasi yang kita keluhkan adalah situasi yang kita inginkan di hari lalu. Bagi saya, susah membedakan antara anugrah atau musibah. Karena seringkali "musibah" waktu lalu menjadi anugrah di kemudian waktu, begitu juga sebaliknya. Tepatlah Allah berfirman bahwa Dia Mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui. Mungkin yang benar adalah ingat bahwa semua sesuai kehendaknya. Semua keinginan harus diakhiri dengan kalimat "Rabbana atina fiddun'ya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina 'adzabannar".