Monday 23 March 2009

Korelasi Hati dan Pikiran

Menceritakan kembali acara Mario Teguh tentang hati di Golden Ways. Menurut Mario Teguh, hati kita adalah lautan yang paling luas. Tapi tidak semua orang memiliki hati yang seluas itu. Diri kita sendirilah yang membuat seberapa luas hati kita. Seperti posting saya pada masa blog ini masih muda (he,,3x, pas masih awal ngeblog maksudnya) saya mengibaratkan tentang hati yang ibarat segelas air putih, satu ember air, atau pun sebuah danau. Getirnya kehidupan diibaratkan dengan segenggam garam. Jadi dimanakah garam itu akan kita tempatkan. Dengan kita sadari atau tidak, dengan persetujuan kita atau tidak, getirnya kehidupan akan masuk ke dalam hati kita, Yang menjadi permasalahannya adalah
seberapa luas hati yang kita miliki. Semakin luas hati yang kita miliki, maka semakin melimpah air untuk melarutkan getirnya kehidupan ini sehingga hilangkah rasa getir dari garam itu. Demikian juga sebaliknya, jika hati kita hanya ibarat segelas air, maka getirnya kehidupan akan kita rasakan sebagai sesuatu yang sangat pahit..

Dus, bagaimana cara memperluas hati kita? Salah satu caranya yaitu dengan menggali berbagai informasi. Bagaimana cara menggali informasi? Caranya dengan menggunakan akal pikiran yang kita miliki. Kita ibaratkan pikiran sebagai sebuah lingkaran, dan hati ada dalam lingkaran itu. Jika kita membuka satu celah pada lingkaran itu (Pikiran kita-red) kita mendapatkan masukan informasi dan jika kita membuka beberapa celah pada pikiran kita, maka informasi yang masuk ke dalam hati juga akan semakin bertambah dan semakin luas. Jadi, potensi luasnya hati juga ditentukan oleh akal pikiran kita. Jangan kecilkan potensi hati kita untuk meluas hanya karena sempitnya pemikiran kita.

Itulah mengapa Tuhan berfirman kepada kita untuk berfikir (misalnya pada beberapa akhiran ayat yang berbunyi “,,,,,,kenapa kamu tidak berfikir”, itulah perintah Allah agar kita senantiasa menggunakan akal pikiran kita). Ada beberapa kriteria hati yang di kriteriakan oleh Aa Gym, yaitu Hati yang mati, Hati yang sakit dan Hati yang sehat (mungkin akan saya posting di lain kesempatan).

Tenangkanlah hati kita, karena hanya dengan hati yang tenang kita dapat meresapi nikmatnya kegetiran ataupun anugerah yang telah Tuhan berikan pada kita. Katakanlah pada diri anda, “Saya mempunyai hati yang luas, karena itu Tuhan memberikan kegetiran hidup pada hati saya, karena Dia tahu saya dapat menerima kegetiran ini, karena orang lain belum tentu memiliki hati yang luas seperti saya “. Mungkin ada yang bilang narziz, tapi saat kita menerima anggapan orang yang bilang kita narsis adalah bukti nyata bahwa kita memang memiliki hati yang luas. SALAM SUPER,,,,,!!!!!!

Thursday 5 March 2009

(Gak aku kasih judul deh!)

Puncak krisis keuangan global akan segera tiba, menurut para ekonom, puncak krisis terjadi pertengahan tahun 2009 ini. Banyak yang merasa was-was dengan kondisi yang akan terjadi, namun ada juga yang masih merasa optimis dengan keadaan yang akan terjadi pada pertengahan tahun ini. Mungkin saya salah satu yang tetap merasa optimis dengan keadaan yang akan terjadi nanti. Dari sejarah krisis ekonomi tahun 1998, perusahaan - perusahaan yang menyikapi positif krisis ekonomi dapat bertahan dan menjadi lebih maju di masa sekarang.

Begitu juga saat ini, ibarat menggali sumur di musim kemarau. Jika kita menggali sumur di musim penghujan, kita akan dengan mudah mendapatkan air, sumur yang kita gali tidak akan terlalu dalam. Namun pada saat musim kemarau tiba, persediaan air di sumur akan habis. Jika kita menggali pada musim kemarau, maka pada musim kemarau ataupun musim penghujan, sumur kita masih mempunyai persediaan air.

Seperti pepatah di negeri Tibet mengatakan “Musibah seharusnya dimanfaatkan menjadi sumber kekuatan”. Tidak perduli seberapa kesulitan yang kita alami, betapa menyakitkkan keadaan tersebut, Jika kita sampai kehilangan harapan, maka itu benar-benar merupakan musibah.

Bukankah kesulitan - kesulitan yang kita hadapi yang membuat diri kita menjadi lebih berkualitas? Jika kita berhasil melewati rintangan hidup yang menurut kita sangat berat (pada saat itu) maka ingatlah hal itu, karena itu akan menjadi motor penggerak untuk kita menghadapi rintangan yang sedang kita hadapi saat ini. Menurut anda, apakah yang akan meningkatkan kualitas diri anda, hanya ada dua kemungkinan kondisi, yaitu kondisi baik (nyaman, aman, tidak ada masalah) ataukah masa - masa sulit yang anda hadapi.

Memang ada sebagian orang yang meningkat nilai produktifitasnya pada masa yang aman, nyaman, dan serba enak. Namun tidak sedikit pula yang "jatuh" karena terbuai dengan kenyamanan yang ada. Anda sendirilah yang menentukan kualitas pribadi diri anda. Oleh karena itu, apapun kondisi anda saat ini, entah sedang baik ataupun buruk, hadapilah dengan rasa optimisme.

Suatu hal baik menurut kita, belum tentu baik di sisi Tuhan, buruk di mata kita, belum tentu buruk di sisi Tuhan. Tuhan Maha tahu apa yang kita butuhkan. Berdoalah agar kita diberi petunjuk mendapatkan yang terbaik bagi kita di dunia dan di akhirat.